Budaya
sekolah yang sehat adalah fondasi penting bagi lingkungan belajar yang
produktif dan harmonis. Budaya sekolah yang sehat tidak hanya memengaruhi
kenyamanan dan kesejahteraan siswa dan staf, tetapi juga berkontribusi pada
pencapaian akademis dan perkembangan karakter. "Pilar Positif: Strategi
Efektif dalam Membangun Budaya Sekolah yang Sehat" akan membahas berbagi
praktik baik tentang berbagai strategi dan pendekatan yang dapat diterapkan
untuk menciptakan budaya positif di sekolah.
SMPN
2 Mangunjaya adalah sekolah yang terletak di pedesaan perbatasan antara
kabupaten Pangandaran dan kabupaten Ciamis. Akses jalan menuju sekolah sudah
bagus dan terdapat sarana lapang bola yang tergolong masih baru di dekat
sekolah yakni Stadion Asmul Jaya Wiradinata. Namun kontra dengan fasilitas
bangunan fisik di SMPN 2 Mangunjaya yang sudah banyak rusak dan perlu di
perbaiki. Ini adalah fakta pertama yang saya temukan setelah sejak Juli 2023
dan efektif sejak Juli 2024 saya mengemban tugas di SMPN 2 Mangunjaya. Walaupun
demikian saya sebagai pendidik tentu perlu ikut mengembangkan sekolah dengan
keterbatasan yang ada. Namun yang menjadi tantangan adalah iklim sekolah,
sosial dan budaya lingkungan sekolah.
Masyarakat
di sekitar sekolah sebagian besar adalah petani, sebagian besar orang tua wali
murid juga petani , buruh tani namun ada juga yang merupakan karyawan pabrik di
kota. Untuk yang bertani mereka sering pergi ke sawah dan sibuk dengan
pekerjaannya. Untuk orang tuanya yang di kota sebagai karyawan pabrik mereka
meninggalkan anaknya bersama neneknya yang notabene pekerjaannya adalah buruh
tani.
Mengenal Budaya Sekolah yang Sehat
Budaya
sekolah yang sehat adalah lingkungan pendidikan yang mengedepankan
kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial dari semua warga sekolah, seperti
siswa, guru, staf, dan orang tua. Budaya ini berfungsi sebagai fondasi untuk
menciptakan suasana belajar yang produktif dan harmonis, di mana setiap
individu merasa dihargai dan didukung untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari budaya sekolah yang sehat:
Keamanan
Keamanan merupakan aspek mendasar dalam menciptakan
budaya sekolah yang sehat. Sekolah harus memastikan bahwa lingkungan fisik
bebas dari bahaya dan ancaman. Selain itu, keamanan emosional juga penting, di
mana siswa dan staf merasa aman dari intimidasi, diskriminasi, dan pelecehan.
Upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman melibatkan kebijakan anti-bullying
yang tegas dan dukungan dari seluruh komunitas sekolah.
Inklusivitas
Inklusivitas menekankan penerimaan dan penghargaan
terhadap keragaman dalam segala bentuknya, termasuk perbedaan budaya, agama,
gender, dan kemampuan. Sekolah yang inklusif memberikan kesempatan yang sama
kepada semua siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan akademik dan
ekstrakurikuler. Pendekatan pembelajaran yang adaptif dan personalisasi
memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk sukses.
Kolaborasi
Kolaborasi adalah elemen kunci dalam membangun budaya
sekolah yang sehat. Pentingnya kerjasama antara guru, siswa, orang tua, dan
staf untuk mencapai tujuan pendidikan bersama. Dengan kolaborasi yang baik
mendorong adanya pertukaran ide, inovasi, dan pemecahan masalah bersama-sama.
Melalui kolaborasi, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang dinamis
dan mendukung.
Dukungan
Emosional
Dukungan emosional adalah aspek penting lainnya dalam
budaya sekolah yang sehat. Hal ini berarti menyediakan sumber daya dan program
yang mendukung kesehatan mental dan emosional siswa dan staf. Konseling,
kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan emosional, serta pelatihan kesadaran
emosional dapat membantu individu mengelola stres dan tantangan sehari-hari.
Dukungan emosional yang kuat menciptakan lingkungan di mana individu merasa
dihargai dan termotivasi untuk berkembang.
Pentingnya Budaya Positif
Budaya positif sangat
penting bagi perkembangan akademis dan sosial-emosional siswa karena
menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran dan pertumbuhan pribadi.
Dalam lingkungan yang positif, siswa merasa lebih termotivasi dan percaya diri
untuk mengeksplorasi potensi mereka. Hal ini memfasilitasi perkembangan
keterampilan akademis melalui pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan
menyenangkan. Selain itu, budaya positif juga mendukung perkembangan
sosial-emosional dengan mendorong hubungan sehat antar siswa, serta antara
siswa dan guru. Siswa belajar untuk bekerja sama, menghargai keragaman, dan
mengembangkan empati, yang semuanya penting untuk kehidupan di luar sekolah.
Bagi kesejahteraan
staf sekolah, budaya positif berperan besar dalam menciptakan lingkungan kerja
yang suportif dan kolaboratif. Staf yang merasa dihargai dan didukung cenderung
lebih termotivasi dan produktif. Mereka dapat bekerja sama dengan lebih efektif
untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan responsif terhadap
kebutuhan siswa. Selain itu, budaya positif membantu mengurangi stres kerja dan
meningkatkan kesejahteraan emosional para staf, sehingga menciptakan lingkungan
sekolah yang harmonis dan berkelanjutan. Dalam jangka panjang, semua elemen ini
berkontribusi pada pencapaian tujuan pendidikan yang lebih efektif dan
menyeluruh.
Pilar Utama dalam Membangun Budaya Positif
Pilar utama dalam membangun budaya positif di sekolah
adalah :
A. Kepemimpinan yang Inspiratif
Peran kepala sekolah dan wakil dalam mendorong dan
memelihara budaya positif melalui visi, kebijakan, dan tindakan. Tentu tidak
hanya kepala sekolah karena guru sejatinya juga adalah pemimpin yakni pemimpin
pembelajaran. Mereka harus menjadi pemimpin yang inspiratif sebagai suri
tauladan bagi para siswanya.
B. Keterlibatan Seluruh Komunitas Sekolah
Mengajak semua anggota komunitas sekolah, termasuk
guru, siswa, orang tua, dan staf, untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung.
C. Kolaborasi
Membangun budaya kolaboratif di mana setiap individu
merasa didukung dan dihargai. Melalui kolaborasi tercipta iklim sekolah yang
positif.
Strategi dan Implementasi Efektif untuk Menciptakan Budaya Positif
A. Pengembangan Program yang Berpihak Pada Murid
Menyediakan berbagai program yang menarik untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa, serta memperkuat rasa komunitas. Membuat
program sekolah yang mendukung kepemimpinan murid dengan memperhatikan sura
(voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Selain mendukung
kepemimpinan murid juga harus memperhatikan visi sekolah itu sendiri. Salah
satu program Sekolah yang sedang saya gagas adalah GENETIK (Generasi Pecinta
Teknologi Informasi dan Komunikasi) Program sekolah yang mulai di kembangkan
melalui ektrakurikuler Komputer disekolah dengan tujuan program adalah
mengembangkan potensi siswa dalam teknologi, mengelola informasi dan
komunikasi. Program ini juga membawa misi mengajak siswa untuk mengelola
informasi dengan baik dan membiasakan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
yang baik dan sopan.
B. Penerapan Pembelajaran Inklusif
Menggunakan pendekatan pembelajaran yang inklusif dan
adaptif untuk memastikan semua siswa merasa diterima dan didukung. Pembelajaran diferensiasi dengan penyesuaian konten menyediakan
materi pelajaran dalam berbagai bentuk, seperti teks, audio, video, dan visual,
untuk memastikan bahwa semua siswa dapat mengakses dan memahami informasi
dengan cara yang paling efektif bagi mereka.
Pembelajaran berbasis proyek merangsang kreatifitas siswa baik kegiatan
belajar di kelas atau di laksanakan melalui P5 LIMBAHKU (lihat, ambil, buang
ketempat sampah atau kumpulkan) adalah salah satu program berbasis proyek yang dilaksanakan
melalui kegiatan P5 dengan tujuan siswa dapat membuat produk dari penolahan
sampah dan memiliki kebiasaan membuang sampah pada tempatnya serta
memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar kelas dan sekolah.
Tidak kalah penting membuat keyakinan kelas. Keyakinan kelas atau
“classroom beliefs” adalah prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh
guru dan siswa dalam sebuah kelas. Keyakinan ini menjadi dasar dari segala
interaksi dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Keyakinan kelas yang
positif berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
inklusif, dan mendukung perkembangan akademis serta sosial-emosional siswa.
Pelibatan orang tua dalam kegiatan pembelajaran juga merupakan hal penting selanjutnya.
Melibatkan orang tua dalam pembelajaran, sebagai narasumber atau undang ke
sekolah untuk sekedar melihat anak-anaknya belajar di sekolah.
C. Sosialisasi Pentingnya Kolaborasi Serta
Kesehatan Mental dan Emosional
Membangun budaya kolaboratif di mana setiap individu
merasa didukung dan dihargai. Melalui kolaborasi tercipta iklim sekolah yang
positif. Inisiatif untuk mendukung kesehatan mental dan
emosional siswa dan staf, termasuk program konseling dan aktivitas yang
meningkatkan kesejahteraan.
Menggerakan Komunitas Belajar untuk kolaborasi yang makin erat. Komunitas
Belajar (Kombel) adalah kelompok atau jaringan orang-orang yang saling
terhubung dalam tujuan bersama untuk belajar, berbagi pengetahuan, dan mendukung
perkembangan satu sama lain. Kombel dapat terdiri dari siswa, guru, staf
sekolah, orang tua, dan bahkan anggota masyarakat lainnya. Tujuan utama dari
komunitas belajar adalah menciptakan lingkungan yang kolaboratif dan mendukung
di mana semua anggotanya dapat tumbuh dan berkembang secara akademis, sosial,
dan emosional.
Sosialisasi tentang pentingnya Pendidikan sosial dan emosional serta 5
kompetensi yang harus dimiliki tidak hanya kepada siswa juga kepada guru dan
staf. Pendidikan Sosial dan Emosional (PSE) adalah pendekatan dalam pendidikan
yang berfokus pada pengembangan kompetensi sosial dan emosional. kompetensi ini
meliputi, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan
berelasi, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kompetensi ini baik di
implementasikan oleh guru, siswa dan seluruh warga sekolah termasuk orang tua
siswa.
Tantangan dan solusi dalam Membangun
Budaya Positif
1.
Warga sekolah yang tidak
mau menerima perubahan menjadi tantangan dalam membangun budaya positif di
sekolah. Untuk mengatasi tantangan tersebut dengan cara berikan pemahaman serta
manfaat secaranya secara gamblang, diskusi dan komunikasi terbuka. berikan contoh
langsung serta libatkan. Dengan melibatkannya langsung mereka akan merasakan mendapat
pengakuan dan kepercayaan.
2.
Orang tua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan juga menjadi tantangan dalam membangn budaya positif di sekolah. Untuk
mengatasi tantangan ini kita dapat memberikan pemahaman pentingnya orang tua
dalam Pendidikan. Memberikan kesempatan minimal untuk menengok anaknya yang
sedang belajar di kelas hal ini efektif bagi siswa yang kurang disiplin. Siswa akan
lebih disiplin karena ia merasa sangat di perhatikan oleh orang tuanya.
Kesimpulan
Membangun budaya sekolah yang sehat
dan positif di SMPN 2 Mangunjaya memerlukan strategi yang melibatkan seluruh
komponen sekolah, baik siswa, guru, staf, maupun orang tua. Meskipun ada
tantangan seperti keterbatasan fasilitas fisik dan kesibukan orang tua, dengan
pendekatan yang inklusif, kolaboratif, dan berbasis pada kepemimpinan yang
inspiratif, budaya sekolah yang sehat bias di wujudkan dan berkelanjutan. Penerapan
program yang berpihak pada siswa, seperti program GENETIK untuk pengembangan
teknologi informasi, serta penerapan pembelajaran inklusif dan berbasis proyek,
akan sangat mendukung pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pentingnya
dukungan emosional dan mental bagi seluruh warga sekolah harus terus
disosialisasikan agar tercipta lingkungan yang tidak hanya kondusif untuk
belajar, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan setiap individu.
Membangun budaya positif di SMPN 2 Mangunjaya bukanlah sebuah tugas yang mudah, hal ini akan terus di tingkatkan dan terus berjalan. Karena strategi ini akan berlanjut dan di gunakan di tahun berikutnya dengan wargta sekolah yang baru yakni siswa baru. Semoga artikel ini dapat menjadikan inspirasi bagi pembaca. Kritk dan saran yang membangun saya harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.